PonpesDaarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan ( MBS Tarakan ) NPSN : 6991643. Jl. Jend Sudirman Rt.4 No.66 Kp Baru Pamusian Tarakan. KEC.

Daftar Isi1 Pengertian Strategi Belajar Mengajar2 Indikator Mengajar Kolerasi Rosenshine dan Furst3 Prinsip Mengajar Yang Menguasai Materi Pelajaran Yang Akan Kesehatan dan Kondisi Sifat Kepribadian dan Pengusaan Mengerti Sifat dan Perkembangan Pengetahuan dan Kemampuan Menggunakan Prinsip-prinsip Toleransi Budaya, Agama, dan Suku Peningkatan Profesi dan Budaya4 Ciri-ciri Mengajar Yang Kecakapan Membimbing Memberikan Saran dan Memperhitungkan Masa Lampau Mendiaknosis Menyembuhkanremedimatie Memberi Kebebasan Terhadap Anak-anak5 Metode Mengajar yang Efektif6 Klasifikasi Strategi Belajar Konsep dasar strategi belajar Belajar mengajar sebagai suatu Hakikat proses Entering Behavior Siswa7 Konsep Dasar Belajar Mengajar8 Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sarana atau Lingkungan9 Tips Mengajar Yang Maksimalkan Sesekali Belajar di Luar Kelas10 Pola-pola Belajar Siswa Pengertian Strategi Belajar Mengajar Kata strategi berasal dari kata Strategos Yunani atau Strategos. Strategos berarti jendral atau berarti pula perwira negara states officer. Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedangkan secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Menurut Mansyur 1991, batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yaitu Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajamya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempumaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. Indikator Mengajar Efektif Elizabeth perrott mengemukakan indicator mengajar efektif yang dapat diamati dari hasil studi beberapa ahli Menurut Ryan dan koleganya ada 3 faktor utama yang muncul dalam karya ini yang masing-masing terdiri atas dua kutub Hangat dan mengerti versus dingin dan menyendiri Teratur dan cekatan versus berantakan dan jorok Merangsang dan imajinatif versus dungu dan rutin Studi Flander mengamati dua cara mengajar yang kontras terikat direct dan tidak terikat indirect. Mengajar yang terikat ditandai kepercayaan guru atas ceramah, kritisisme, pembenaran justification, otorita, dan pemberian pengarahan. Mengajar yang tidak terikat ditandai oleh kepercayaan guru atas pertanyaan, menerima perasaan siswa, mengakui ide-ide, dan memberikan hadiah dan dorongan. Kolerasi Rosenshine dan Furst Tes prestasi baku biasa digunakan dalam suatu periode pengajaran dengan membandingkan skor siswa selama dan sesudah periode pengajaran untuk memperoleh suatu pengukuran ā€œperolehan prestasiā€. Dari data yang dianalisis dapat ditentukan perilaku guru mana yang berhubungan dengan perolehan prestasi siswa-siswa Prinsip Mengajar Yang Efektif Menurut Sahabuddin,2007, keefektifan mengajar dapat dicapai bila guru memiliki profil guru sebagai berikut Menguasai Materi Pelajaran Yang Akan Diajarkan Penguasaan materi pengajaran termasuk didalamnya kemampuan mengorganisasikan dan menyesuaikan materi pelajaran menurut tingkat kemampuan, minat, dan kecepatan murid masing-masing. Kesehatan dan Kondisi Jasmani Mengajar adalah tugas atau kegiatan yang sangat memerlukan kesehatan dan kondisi jasmani. Gangguan kesehatan dan jasmani dapat mengurangi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sifat Kepribadian dan Pengusaan Diri Kepribadian dan perilaku guru besar sekali pengaruhnya terhadap anak-anak muda. Dalam menghadapi tugasnya sebagai guru ia menghadapi anak-anak yang berbeda-beda perilakunya Ada yang menyenangkan ada yang menjengkelkan. Dalam hal ini guru harus dapat mengendalikan perasaannya. Mengerti Sifat dan Perkembangan Manusia Baik pria maupun wanita, mungkin berminat sekali untuk mengajar, tetapi mungkinmereka tidak mengerti rangkaian perkembangan manusia sehingga mereka tidak berhasil mengajar sebagimana mestinya. Salah satu tngkat perbedaan program pendidikan tradisional dengan pendidikan modern, adalah dalam hal mempersiapkan guru yang mengerti pola perkembangan manusia. Pendidikan modern sangat mengutamakan persiapan guru yang mengerti pola perkembangan manusia. Pengetahuan dan Kemampuan Menggunakan Prinsip-prinsip Mengajar Apa yang harus dijarkan, mengapa, bilamana dan bagaimana mengajarkannya, tergantung dari beberapa factor, anatara lain adalah Kebutuhan secara individual, dan social Kesiapan belajar Kesempatan belejar mengajar yan dapat berguna Penggunaan prinsip-prinsip ini secara konsisten merupakan dasar untuk mengajar yang efektif. Toleransi Budaya, Agama, dan Suku Bangsa Guru menghadapi anak-anak yang mungkin berasal dari berbagai system budaya, agama, dan suku bangsa yang berbeda-beda. Dalam hal ini guru harus menghormati tradisi dan adat istiadat, agama, suku bangsa, dan lain-lain yang dianut oleh murid-murid. Peningkatan Profesi dan Budaya Guru harus mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan profesi sebagai guru pengembang kebudayaan. Apa yang dipelajari secara teoritis belum tentu cocok dengan praktek. Oleh sebab itu,guru harus giat menambah pengetahuan, dan pengalamannya secara mencocokkan teori dengan praktek. Dengan demikian, mereka harus berperandalam mengembangkan dalam memperkaya kebudayaan. Ciri-ciri Mengajar Yang Baik Sahabuddin2007, mengemukakan ciri-ciri mengajar yang baik adalah sebagai berikut Kecakapan Membimbing Belajar Mengajar bukan semata-mata suatu proses memberi pengetahuan kepada belajar, bukan pula sekedar menghilangkan sifatsifat dan kecenderungan yang tak diingini, tetapi yang pokok dan utama adalah membimbing dan menuntun pelajar dan mendorong mereka untuk mencapai hasil belajar. Bimbingan ini agaknya lebih bersifat saran dan tidak bersifat perintah. Mengajar yang baik tidak terdapat dalamsituasi yang kurang ramah dan simpatik terhadap minat dan kebutuhan pelajar. Guru yang baik dapat mengetahui anak yang terkebelakang dan yang paling cakap. Ia mengerti bahwa mereka belum matang dan bahwa mereka membutuhkan simpatik dan pertolongan. Karena itu, guru menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan, suasana yang menerupai keadaan di rumah mereka. Guru yang baik selalu memikirkan seluruh masalah yang telah ada, dan yang mungkin dialami dan dihadapi sebelum melanjutkan peljaran. Berdasarkan ini direncanakanlah pelajaran yang akan diberikan. Pelajaran yang tak direncanakan lebih dahulu kurang dapat diharapkan hasilnya. Guru tak berhasil mengerjakannya dan murid tak berhasil mengertinya. Salah satu yang diharapkan dari guru yang baik adalah jalinan kerjasama yang baik antara guru dan pelajar. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai rencana yang bai untuk dapat bekerjasama dengan pengajar dalam organisasi, manajemen, partisipasi diskusi, pemberian tugas dan penilaian hasil belajar. Memberikan Saran dan Anjuran Mengajar yang baik berlangsung atas dasar saran dan bukan atas dasar perintah. Guru dalam menempatkan daya pimpinannya atau wibawanya, menuntun muridny dengan hati yang tidak berarti bahwa murid tidak menghormati kewibawaan guru. Guru yang baik pada keseluruhannya berarti memelihara watak dengan menciptakan suasana yang didalamnya anak dapat berkembang menurut kodratnya. Mengajar yang baik berarti mengusahakan teciptanya suatu suasana lingkungan demokrasi yang didalamnya orang saling menghargai hak pribadi masing-masing. Dalam lingkungan ini guru berpedoman pada teori bahwa masing-masing individu mempunyai hak yang sama dalam kelas. Oleh sebab itu, sewajarnyalah kalau mereka itu mendapat perlakuan yang sama. Demokrasi menuntut supaya setiap anggota kelompok memperoleh perlakuan dan layanan yang sama. Guru yang baik merangsang perkembngan kepribadian dan aktivitas murid-murid dengan pengantaraan kepribadian dan aktivitasnya. Guru menempatkan diri sebagai teladan. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang tersaring dan aktivitasnya adalah aktivitas yang terarah. Ini berarti bahwa guru yang baik memberikan rangsangan melalui pengajaran, dorongan aktivitas, kritik, dan saran-saran yang bersifatedukatif. Memperhitungkan Masa Lampau Siswa Guru yang cakap mengerti bahwa pendidikan yang baik adalah mengoganisasikan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau. Senang dan puas terhadap apa yang pernah dicapai dengan situasi yang statis bukan pertanda pengajaran yang baik. Guru yang baik selalu berusaha untuk mencapai yang lebih baik dari yang telah dicaai sebelumnya. Mendiaknosis Kesulitan-kesulitan Guru yang baik senantiasa mem[erhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh murid-muridnya. Dengan diketahuinya kesulitan-kesulitan yang sering dialami, dapat dipikiran dan direncanakan cara-cara pertolongan yang mungkin diberikan kepada anak-anak, baik secara umum maupun secara perseorangan. Menyembuhkanremedimatie Pekerjaan penyembuhan adalah sangat penting bagi anak utamanya dalam pengajaran yang membutuhkan ketangkasan atau keterampilan kalau anak tidak menguasai keteramplan yang dibutuhkan mereka akan sukar untuk meningkat pada penguasaan selanjutnya, misalnya kesalahan penertuan dalam cara-cara berhitung, membaca menulis, dan lain-lain. Hal demikian mengakibatkan anak itu terlambat. Memberi Kebebasan Terhadap Anak-anak Kebebasan yang di maksud dalamhal ini bukanlah kebebasan untuk bertindak semau-maunya tanpa ada khaidah dan norma, tetapi memberi bimbingan menurut pola-pola tujuan yang anak tidak merasa tertekan, karena tujuan yang ingin dicapai itu didasari sebagai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Metode Mengajar yang Efektif Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui’ dan hodos berarti jalan’ atau jalan’. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata metodologi’ berasal dari kata metoda’ dan logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan. Jadi, yang dimaksud dengan metode pengajaran yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Atau bisa juga yang dimaksud metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan keterampilan, dan sikap kognitif, efektif. Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi oleh factor tujuan, factor siswa, factor situasi, dan factor guru itu. Didalam penggunaan metode ada beberapa syarat- syarat sebagai berikut Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meransang keinginan siswa untuk dapat belajar lkebih lanjut, untuk melakukan eksplorasi dan inovasi pembangunan. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh penngetahuan melalui usaha pribadi. Metode mengajar yang dipergunakan dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau stuasi yang nyatra dan bertujan. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari- hari. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar Menurut Tabrani Rusyan dalam Mansyur menyatakan bahwa terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan di klasifikasikan menjadi 7 bagian, seperti berikut Konsep dasar strategi belajar mengajar Seperti telah diuraikan pada subpokok bahasan sebelumnya, konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku, Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sasaran kegiatan belajar mengajar Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan Instruksional khusus dan tujuan Instruksional umum, tujuan kulikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Belajar mengajar sebagai suatu sistem Belajar mengajar selaku suatu sistem Instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain, tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen itu terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Hakikat proses belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Entering Behavior Siswa Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar-mengajar inilah yang dimaksudkan dengan entering behavior. Entering behavior ini akan dapat kita identifikasi dengan berbagai cara, antara lain Secara tradisional, telah lajim para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan yang telah diberikan terdahulu sebelum menyajikan bahan baru. Secara inovatif, guru-guru tertentu pada berbagai lembaga pendidikan yang telah dimiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar secara memadai, sudah mulai dengan mengadakan pre-test sebelum mereka memulai dengan program kegiatan belajar-mengajarnya. Konsep Dasar Belajar Mengajar Menurut Mansyur dan Syaiful Bahri, ada empat hal yang menjadi konsep dasar untuk merencanakan sebuah strategi belajar dan mengajar yaitu sebagai berikut. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik. Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang duanggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Memilih dan menetapkan prosedur metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap tepat dan efektif. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda denga cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Menetapkan norma norma dan batas minimal keberhasilan keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan. Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem Menurut Gordon 1990 Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen yang terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan. Belajar-mengajar sebagai suatu sistem, atau lebih dikenal sistem instruksional menunjuk pada pengertian sebagai sekelompok atau seperangkat bagian atau komponen yang saling bergantung interdependen satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, sistem senantiasa merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari semua bagian yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebagai suatu sistem, belajar-mengajar mengandung sejumlah komponen yakni terdiri dari Siswa, Guru, Tujuan, Materi, Metode, Evaluasi, Sarana dan Lingkungan. Berikut ini paparan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut Siswa Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar-mengajar PBM. Siswa yang semula dipandang sebagai objek Pendidikan bergeser sebagai subjek Pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan Pendidikan. Tiada Pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik. Mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah. Guru Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun seorang guru sebagai individu memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu, guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi guru. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. Tujuan Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai. Materi Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa. Metode Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Sarana atau Alat Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang sesungguhnya, imitasi atau tiruan, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, anak, materi dan metode pembelajaran. Evaluasi Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Lingkungan Lingkungan pembelajaran merupakan komponen kegiatan belajar mengajar yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jika Kamu Seorang Pengajar atau Guru Kamu harus Mengetahui cara Mengajar yang Baik ,Simak Berikut Ulasan berikut ini. Jangan Berdiri Seperti Patung pada Saat Mengajar Maksudnya adalah seorang guru sebaiknya bergerak ketika sedang mengajar, tidak cuma berdiri di depan kelas saja, atau hanya duduk di meja guru. lakukan teknik mobile teaching dengan cara guru mencoba untuk mengajar secara lebih dekat pada muridnya, dan berkeliling untuk mengetahui situasi kelas dan murid-muridnya pada saat sedang belajar. Jika memang pelajaran hitungan sedang diberikan, cobalah guru untuk mendekati murid pada setiap baris tempat duduknya dan lihat perkembangan mereka pada saat mengerjakan hitungan tersebut. Bila saja ada murid yang sedang melamun, atau merasa bingung, maka guru akan dengan tau. Buat Mereka Merespon Perhatian pada Murid Untuk mengetahui apakah murid-murid kita ini memperhatikan kita saat mengajar pelajaran tertentu atau tidak, guru bisa melakukan diskusi atau debat argumen agar mereka mau mengeluarkan argumennya. Memang tidak semua murid kita akan bisa berargumen dengan baik, beberapa ada yang terkendala malu bertanya,grogi,dan sbg. Tetapi, apapun respon mereka, pancing terus mereka untuk berpendapat dan hargai setiap argumen yang mereka lontarkan. selain materi pembelajaran bisa mudah mereka fahami, kita juga mengajarkan mereka untuk berani berbicara dan menerima argumen orang lain. Lakukan Variasi Saat Mengajar Melakukan variasi dalam metode mengajar ternyata akan berpengaruh positif pada pemahaman murid-murid kita. dapat dibayangkan jika yang terjadi di kelas adalah hanya berbicara saja, dan mendengarkan tanpa ada yang bertanya, maka pemahaman pelajaran akan terasa hambar. cobalah untuk membuat variasi ketika mengajar. sebelum masuk ke inti pelajaran, awali untuk lebih rilexs dengan menyanyikan lagu yel-yel kelasnya, supaya belajar tetap semangat. guru juga dapat menyisipkan games dalam setiap pelajaran yang sedang diberikan, asalkan games ini berkaitan dengan mata pelajaranya. lakukan lebih banyak diskusi dengan murid-murid kita, supaya mereka aktif dan lebih memahami subjek pelajaranya. Berikan Perhatian pada Murid Mengajar bukan saja memberikan materi pelajaran untuk murid-murid kita supaya mereka tau dan mempelajarinya. Mengajar juga perlu memperhatikan keadaan murid-muridnya. Apabila kembali ke masa sekolah dulu, biasanya sang guru akan memperhatikan siswa-siswa tertentu saja, seperti siswa yang paling sering bolos, yang paling pintar, paling cantik dan lain-lain. predikat inilah yang dapat membuat guru sangat mudah mengenali satu persatu muridnya. sebaiknya berikan perhatian pada semua murid. Tiap murid mempunyai talenta dan karakter yang berbeda, Oleh karena itu ketahuilah satu persatu dan dukung mereka supaya bisa berkembang menjadi lebih baik. Maksimalkan Teknologi Sekarang semuanya sudah canggih, metode mengajar kita juga harus disesuaikan dengan teknologi yang ada supaya mengajar semakin mudah. manfaatkanlah komputer, Laptop, tablet dan lainya untuk dipakai murid-murid dalam mempelajari sesuatu subjek. Supaya tidak bosan, ubahlah text book pelajaran menjadi bentuk gambar atau audio, dengan begitu murid akan menemukan sesuatu yang dianggap baru dan menyenangkan. Memanfaatkan teknologi tentunya akan selalu berhubungan dengan internet. saat ini ada banyak website edukasi yang akan memberikan pengetahuan mengenai mata pelajaran yang sedang murid-murid bahas bersama gurunya ini. Mereka dapat mengakses video pembelajaran atau membaca artikel terkait, untuk membuat mereka lebih faham. Interaktif Cobalah untuk memakai metode belajar yang interaktif dengan murid-murid kita. Seorang guru memang menguasai materi pelajaran yang akan diberikan pada anak muridnya, tetapi perkembangan anak juga harus kita fikirkan. Mereka akan banyak mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, tentang issu yang mungkin sedang dibahas pada mata pelajaran tertentu. Berikan kesempatan mereka untuk bertanya seputar pelajaran yang sedang dibahas. Guru dapat mengawali dengan menceritakan kisah pendek terkait pelajaran tersebut. Buat mereka menjadi bertanya-tanya agar mereka lebih mudah mengerti dan memahami sebenarnya bagaimana menyelesaikan pertanyaan dalam sebuah pelajaran. Sesekali Belajar di Luar Kelas Beberapa guru ada yang suka memakai metode ini, dimana murid-muridnya digiring ke luar kelas pada pagi hari, dan mereka belajar di luar kelas. Metode seperti ini dianggap akan kembali merefresh keadaan otak murid-murid kita yang telah sering menerima pelajaran setiap harinya. Lakukan pembelajaran yang cenderung menyenangkan, seperti membuat pasangan kata pada sebuah kertas dan menyuruh mereka untuk mencari maksud dari padanan kata tersebut, sesuai di buku pelajaran. Coba perhatikan, murid-murid akan terasa fresh dan pelajaran lebih mudah untuk diserap . Siapkan Materi dengan Animasi Dalam menyampaikan pelajaran kepada murid-murid kita, sebaiknya kita tidak menghabiskan waktu dengan membahas point yang tak penting untuk disampaikan. Siapkan poin-poin dari materi pelajaran dalam bentuk yang lebih animasi. Bila memang bisa disampaikan dengan poin, kita dapat gunakan slide presentasi lewat power point. Buatlah beberapa slide tampilan materi pembelajaran dengan menyisipkan animasi dan bergerak . Hal tersebut akan berguna supaya penyampaian materi tidak membosankan. Penjelasan poin seperti ini lebih jelas dalam mengarahkan tujuan dalam mengajar. Sesekali sarankan juga murid-murid untuk belajar membuat presentasi Di power point. selain itu, kita juga dapat gunakan Video pembelajaran supaya suasana belajar lebih baru. Lebih Sabar dan Berikan Hadiah Sebagai guru, kita juga harus bisa lebih sabar untuk menghadapi banyaknya respon anak murid kita, baik sabar dalam pemahaman pembelajaran, ataupun sabar dalam mendorong mereka untuk terus semangat belajar. respon anak murid kita akan berbeda-beda pada pelajaran, sekalipun berbagai strategi yang unik telah coba kita lakukan untuk membuat suasana belajar lebih seru. Untuk lebih menyemangati anak murid kita, tak ada salahnya jika kita memberikan reward atau hadiah setiap anak murid kita yang berhasil menjawab pertanyaan kuis atau test harian saat di kelas. Hadiah juga merupakan salah satu motivasi untuk anak-anak murid kita supaya lebih semangat belajar. Perhatikan Closing/menutup Kegiatan Mengajar Ktika pelajaran akan segera berakhir waktunya, maka terapkan teknik closing belajar yang benar, supaya murid-murid tidak mudah melupakan poin apa saja yang sudah mereka pelajari hari ini. Ulangi kembali poin pembelajaran tadi, secara garis besar supaya murid-murid kita tetap mengingatnya dan juga mulai memahaminya. Setelah itu, coba untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut supaya dapat melanjutkan ke materi selanjutnya secara teratur, murid akan tetap mengingat materi sebelumnya, bila teknik closingnya seperti ini. Beritahukan tentang materi yang akan dibahas selanjutnya di pertemuan minggu depan. Sarankan murid-murid untuk membaca poin penting pelajaran berikutnya sebelum pelajaran dimulai. Pola-pola Belajar Siswa Gagne menggolongkan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di mana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Masing-masing tipe dapat dibedakan dari yang lainnya dilihat dari kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya proses belajar bagi yang bersangkutan. Kedelapan tipe tersebut adalah Tipe 1, Signal Learning belajar isyarat. Tipe ini merupakan tahap yang paling dasar, sehingga tidak menuntut persyaratan, namun merupakan tingkat yang harus dilalui untuk tipe belajar yang lebih tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini telah diberikannya secara serempak dan berulang kali. Tipe 2, Stimulus-Respon Learning belajar rangsangan tanggapan. Bila tipe di atas dapat digolongkan dalam jenis classical condition, maka tipe belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental condi¬tioning Kimble-1961 atau belajar dengan trial and error. Menurut Gagne, proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor inforcement. Waktu antara stimulus rangsangan pertama dan berikutnya sangat penting. Semakin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement. Tipe 3, Chaining mempertautkan, dan tipe 4 Verbal Asso¬ciation. Kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar mengajar yang menghubungkan satuan ikatan S -R yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan dalam berlangsungnya tipe belajar ini antara lain secara internal anak sudah harus menguasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu, prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining dan association. demikianlah artikel dari mengenai Cara Mengajar yang Baik Pengertian, Indikator, Prinsip, Ciri, Metode, Klasifikasi, Konsep Dasar, Sistem, Pola, dan Tipsnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Berdasarkanpada masalah yang muncul, dapat disimpulkan bahwa permasalahan disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang tepat. Hal tersebut terbukti bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran bernyanyi tanpa mendemonstrasikannya terlebih dahulu, sehingga siswa menjadi kaku, tidak bersemangat, Mangunwijaya pernah mengatakan, ā€œGuru bagaikan bidan yang membantu lahirnya perkembangan karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang dibawa oleh masing-masing anak.ā€ Setiap anak sejatinya memiliki kecerdasan yang amat spesial. Mereka memiliki modal dasar dalam tumbuh kembangnya sebagai manusia. Tugas pendidikan adalah memupuk bakat anak kita dan mengawal kecerdasannya tumbuh optimal. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa tugas seorang guru adalah menyelam ke jiwa anak. Dengan menyelam ke jiwa anak, guru dapat menuntun anak memahami diri dan lingkungannya. Guru dapat mendorong anak didiknya mengoptimalkan apa yang menjadi kecerdasan yang menonjol pada diri anak itu. Baca juga Guru Menurut Willem Iskander Peran Guru Peranan seorang guru bukanlah hal yang mudah. Menjadi guru memerlukan kesabaran dan cinta kasih. Kerja seorang guru tidak sekadar menyiapkan pembelajaran dan mendidik anak didiknya. Kerja guru adalah mendidik anak sesuai kodrat alam. Artinya guru tidak boleh melupakan dasar alamiah anak sebagai makhluk bermain. Mereka anak-anak harus diajak sebisa mungkin terus merasakan senang dan gembira dalam belajar. Dalam belajar di sekolah itu pula guru mesti memahami kodrat alam atau situasi zaman yang melingkupi si anak didik. Semakin ke depan tantangan pendidikan menjadi tidak mudah. Ruang belajar yang semakin modern dan tak seluas dulu, tangan dan kaki anak-anak kita tidak seperti anak-anak di masa lalu yang akrab dengan alam. Mereka anak-anak sekarang adalah anak yang intim dengan gadget dan ponsel pintar, pergaulan mereka juga tidak seluas anak-anak di masa lalu. Televisi menjadi teman keseharian yang sering dipeluk ketimbang pohon dan juga hewan-hewan di persawahan. Anak-anak kita semakin jauh berjarak kepada kebudayaannya sendiri. Gamelan, gendhing, serta kesenian tradisional kepunyaan mereka makin tak bisa dijangkau dan berjarak. Dalam keadaan seperti itulah, peranan guru diperlukan. Ki Hajar Dewantara [1927] telah menyindir keras situasi ini puluhan tahun lampau. Ia mengatakan, ā€ Kita hidup seperti orang yang menumpang di hotel kepunyaan orang lain, tak mempunyai nafsu akan memperbaiki atau menghiasi rumah yang kita tempati, karena tak ada perasaan bahwa rumah itu rumah kita. Hidup kita seperti di hotel asal makan, enak tidak enak, dapat plesir-plesir, sudah cukup, itulah hidup orang borjuis.ā€ Kebudayaan dan khazanah tradisional yang kita punya yang sarat nilai hidup dan kearifan telah semakin terkikis di mata anak didik kita. Bila guru pun tidak memiliki pengetahuan dan kepedulian akan budayanya sendiri bisa dibayangkan bagaimana nasib kebudayaan kita di masa depan. Kita mesti belajar tentang jawa ke Belanda maupun indonesianis Amerika. Muatan lokal dan kekayaan kebudayaan Indonesia memang telah menempati posisi pinggir. Ini disebabkan kurikulum kebudayaan di pendidikan Indonesia tak terlampau digubris oleh pemerintah. Budayawan Radar Panca Dahana memberi kritik tajam terhadap situasi ini. Peminggiran dan penempatan kebudayaan dalam arus besar program pemerintah menjadi bukti bahwa kebudayaan tidak menjadi prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia. Mungkinkah Sekolah Tanpa Guru? Tradisi guru-murid dalam pendidikan kita di masa lampau amatlah kental. Sistem guru-murid dibangun atas kharisma dan keahlian mumpuni sehingga murid berbondong-bondong datang berguru. Dalam sistem pesantren, ilmu tidak sebatas ilmu dunia apalagi sekadar ilmu mencari duit dan pekerjaan. Dalam pesantren itulah ilmu hidup dan mengarungi hidup diajarkan. Pendidikan di pesantren mengandalkan tidak hanya interaksi fisik yang intim namun juga batin yang kokoh. Semakin modern zaman, pendidikan berbasis pesantren pun bergeser dan berubah pola. Intensitas hubungan fisik dan batin mulai berkurang. Teknologi dan bahasa asing mulai menjadi andalan utama pesantren modern. Yang lebih kentara adalah peranan dan hubungan ā€œguru-muridā€ yang mulai luntur. Menjamurnya model pendidikan berpatron asing dan kurikulum berbasis barat menjadi trend yang banyak diminati. Sementara itu, semakin sibuk anak-anak kita belajar akademis dengan persaingan yang cukup ketat di sekolah modern, belum memuaskan anak-anak kita. Mereka memerlukan tambahan jam belajar melalui privat atau bimbel berbasis online. Dalam situasi seperti itulah peranan guru makin dihilangkan. Mereka para guru tidak perlu lagi capek dan repot menerangkan beban pelajaran yang berat. Sebab anak dituntut bisa lebih banyak belajar secara mandiri. Dalam posisi yang seperi itulah kondisi guru kita saat ini. Bisakah guru-guru kita bertahan dengan modal pengetahuan dan pengalaman mumpuni menghadapi situasi yang demikian?. Bila yang diandalkan hanya intelektualitas dan juga metode tanpa kearifan dan kepedulian terhadap nasib anak didik kita ke depan? Maka bukan tidak mungkin sekolah kita ke depan adalah sekolah tanpa guru. Sekolah tanpa sentuhan fisik terlebih batin. Sekolah tanpa didikan adab apalagi kultur yang kita punya. Sekolah yang kehilangan jati dirinya di rumah bangsanya sendiri. Sumber gambar pixabay Gurumemantau kegiatan pembelajaran, melihat proses pembelajaran. Guru memberi penjelasan jika siswa membutuhkan. Hal ini penting dilakukan agar siswa terbiasa menjadi siswa otonom yang mandiri tanpa harus selalu meminta bimbingan dan bantuan guru. Guru memberi penghargaan atau pujian bagi siswa atau kelompok yang telah melakukan

Dariuraian diatas dapat dipahami, bahwa hubungan kognitif dengan hasil belajar sangat berperan penting. Tanpa adanya fungsi kognitif pada anak (siswa), maka ia (anak/siswa) tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil belajarnya pun akan kurang maksimal.

Wawancara5 Maret 2016 69 tanpa pesrta didik atau peserta didik tanpa pendidik bagaikan anggota tubuh yang pincang. 13 4 Faktor lingkungan Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi dan mendukung guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan motivasi belajar , lingkungan tersebut bisa berasal dari lingkungan sekolah itu sendiri, lingkungan Rencanapelaksanaan pembelajaran rpp ipa kelas 8 k13 revisi 2020 wajib dibuat serta disusun guru sebagai perencanaan pembelajaran dikelas. Contoh makalah ipa smp kelas 8. Soal ilmu pengetahuan alam hal ini merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang keindahan alam dengan aspfek tentang budaya yang ada di lingkungan sekitar CailahGuru Les Privat Orang mau menjadi pengusaha saja butuh guru, orang yang mau belajar batik saja butuh guru, dan kamu tahu tidak bahwa pemenang Nobel Kimia katanya kebanyakan adalah murid yang dulunya pemenang Nobel Kimia juga. Jadi agar lebih mudah dan paham mempelajari peljaran kimia kamu butuh guru les privat. AcH95ZA.
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/264
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/80
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/201
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/85
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/307
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/243
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/370
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/299
  • 4p9x4hc1fc.pages.dev/311
  • belajar tanpa guru bagaikan